PENAK- PERNIK- PERNAH- PERKATA
Berapakah yang
telah kau dapat darinya untuknya
Mengapa tak kau
ambil saja untuk kau
Sehingga kau
mendapat hal- hal yang tak terhingga dari yang kau kira
Mungkin kini kau
melupakan janji dari bung karno
Kalaukah memang
sekarang tak adalagi rembulan fajar yang bersemayam di belakang awan
Mengapa masih
seperti hujan dibawah sang surya malam?
Mungin kah itu?
Tadak mungkinkah
seperti itu?
Seberapa takutnya
kau pada mahkota di istana?
Kecilkah kau
didepan meja permusyawaratan?
Mati kah nadimu
ketika berkata, “ITU TIDAK MEMBUAT ANAK- ANAK BERMORAL”?
Atau semuanya ini
kau lakukan hanya untuk beberapa lembar angka kosong?
Dimana otak
Habibi sekarang ini.
Matikah ia,
tidurkah ia, dibunuhkah ia, terbuangkah ia atau mungkin terbelikah ia?
Sungguh tak ada
yang dapat mengulang fajar yang terbit dari timur, saat ini?
Kalau hanya nada-
nada yang tak harmonis kau sya’irkan
Yang hanya
menjadikan asap membumbung lagi
Dan mencekik
netra penikmat.
Kami akan
berverba dan mendo’a diujung tombak kehancuran mu
Ke-matian mu, ke-
kalahan mu, ke- sengsaran mu.
Tunggulah itu,
kami akan datang pada mu dengan kaki berkepal ditangan yang maha utama.